Refly mengatakan, orang terkadang tak sadar jika aktivitas dan momen tertentu seharusnya tidak boleh direkam.
"Karena semua orang memegang kamera yang ada di handphone, akhirnya tiap orang bisa mengabadikan kegiatan-kegiatan, walaupun itu sifatnya tertutup," ujarnya dilansir dari kanal YouTube Refly Harun, Rabu (22/6).
Menurut Refly, kegiatan yang melibatkan kepala negara sifatnya tertutup. Advokat itu pun menilai bahwa video tersebut juga menimbulkan interpretasi yang macam-macam.
"Orang yang suka akan menyebutkan sisi positif dari keadaban Presiden Jokowi. Namun, dalam peran simbol, terlihat betul bahwa Jokowi kalah dengan Megawati," ungkapnya.
Penilaian itu terlihat karena Presiden Jokowi yang mendatangi Megawati. Lalu, terlihat perbedaan kursi yang diduki Megawati dan Jokowi.
"Tempat duduknya tidak setara, seolah-olah Jokowi sedang menghadap Megawati. Kenapa kursinya tidak sama sehingga memperlihatkan ada penghormatan," tuturnya.
Meskipun begitu, Refly mengatakan bahwa publik belum tahu secara pasti apa yang dibicarakan dalam kegiatan itu. "Kalau kita lihat kemarahan Megawati dalam pidato di Rakernas PDIP, kita bisa melihatnya sebagai sinyal bahwa Megawati bisa memecat siapa pun kader yang membangkang," paparnya.
Sumber: genpi.co
Artikel Terkait
Tampang Aiptu Lilik Cahyadi, Oknum Polisi Polres Pacitan Diduga Perkosa Tahanan Wanita di Dalam Sel
Viral Oknum Anggota Polisi di Subang Sebut Seniman Itu Murahan, Kini Minta Maaf Ngaku Khilaf
Oknum Militer Diduga Sudah Keluar Barak dan Mulai Masuk ke Kampus, Benarkah UU TNI Jadi Alat Intervensi?
Ini Sosok Tahanan Wanita yang Diduga Dirudapaksa Oknum Polisi Polres Pacitan, Masih 21 Tahun