"Pertama, PKB dan PKS selama ini dinilai kerap berseberangan. Ideologi perjuangan kedua partai tampaknya kurang sejalan," kata Jamil kepada Polhukam.id.
Jamil menambahkan meskipun dua partai itu pernah dalam satu koalisi di era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presiden, namun koalisi saat itu bukan gagasan PKB dan PKS. Dua partai ini, saat itu menjadi satu koalisi atas prakarsa Partai Demokrat.
"Dengan begitu, tampaknya sulit bagi kedua partai untuk menyatukan visi dan misi dalam mengusung presiden. Kedua partai akan terjebak pada ideologi perjuangan masing-masing. Pendukung kedua partai juga ibarat minyak dan air. Karena itu, ada kemungkinan bila dua partai itu berkoalisi tidak akan mendapat dukungan dari pendukungnya," terangnya.
Dua, PKB dan PKS tidak punya tokoh sentral yang kuat untuk mempersatukan dua partai tersebut. Hal ini akan membuat koalisi Semut Merah menjadi rapuh, sehingga mudah goyah.
"Peluang ke arah itu semakin besar karena PKB terkesan akan memaksakan Ketua Umumnya Muhaimin (cak Imin) Iskandar menjadi capres. Padahal elektabilitas cak Imin hingga saat ini sangat rendah sehingga tak layak diusung menjadi capres," jelasnya.
Persoalan capres yang akan diusung membuat kedua partai akan cepat goyah. PKB dan PkS akan sulit bersepakat bila keduanya memaksakan kadernya menjadi capres. Sebab, kder kedua partai hingga saat ini belum ada yang layak menjadi capres.
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
Detik-detik Geng Rusia Pakai Rompi Polisi Rampok Warga Ukraina di Bali, Kerugian 3.2 Miliar!
Agar Petani Tidak Rugi, Prabowo Minta Bulog Wajib Beli Gabah Rp 6.500 Per Kilogram
LHKPN Raffi Ahmad, Harta 1 Triliun, Punya 45 Tanah dan 23 Kendaraan
Nelvin Ndruru, Bocah 10 Tahun di Nias Selatan, Menjadi Korban Penyiksaan oleh Keluarga Ayah