polhukam.id – Sejauh ini, dalam menghadapi era informasi digital yang penuh dengan berita palsu, Satgas Anti Hoax Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menjadi garda terdepan dalam upaya meningkatkan literasi digital masyarakat.
Konsep "Hoax Proof Yourself" menjadi sorotan dalam diskusi berjudul "Hoax Proof Yourself: Menjaga Kredibilitas Sebagai Langkah Awal Menuju Literasi Digital," kerjasama antara Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana (UMB) dengan Tim Satgas Anti Hoax PWI Pusat.
Baca Juga: Sebut Langgar 3 Aturan MAKI Berencana Laporkan Firli
Acara yang dibuka oleh Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Dr Farid Hamid, MSi, ini merupakan bagian dari kelas Event Management yang diampu Riki Arsmendi, M.I.Kom (Dosen FIKOM UMB), dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. Hannanda Yusufany bertindak sebagai moderator, sementara pembicara utama adalah Ary Julianto (wartawan senior dan Anggota Satgas Anti Hoax PWI) dan Dudi Hartono, M.I.Kom (Dosen FIKOM UMB dan Anggota Satgas Anti Hoax PWI). Keduanya memaparkan proses produksi, distribusi dan dampak dari hoax atau kabar bohong.
Menurut Ary, kredibilitas memiliki peran krusial dalam literasi digital karena dapat memengaruhi keputusan, persepsi, dan pemahaman individu terhadap informasi yang mereka temui dalam lingkungan digital. Ia menekankan pentingnya memastikan kredibilitas sumber informasi guna menghindari paparan hoax.
“Karena penting bagi kita untuk memastikan kredibilitas sumber informasi untuk menghindari paparan hoax,” kata wartawan VOI ini.
Baca Juga: Demo Bela Palestina di Depan Kedubes AS, Sebanyak 1.438 Polisi Berisiaga
Ary juga memberikan petunjuk mengenali hoax, seperti asal sumber yang mencurigakan. Ia menyoroti ciri-ciri berita bohong, termasuk judul yang provokatif dan hiperbolik.
Sedangkan, Dudi Hartono menyoroti faktor biologis manusia sebagai faktor utama dalam penyebaran hoaks di masyarakat, mengutip penjelasan pakar neurosains, Sam Harris. “Ada bias kognisi dan konfirmasi dalam otak manusia,” katanya.
Kedua pembicara sepakat bahwa peningkatan literasi digital menjadi kunci untuk mengantisipasi penyebaran berita palsu. Ary menyarankan melakukan cek fakta (fact checking), sementara Dudi merekomendasikan pendekatan skeptisisme dan penundaan penyebaran informasi.
Baca Juga: PKS Akui Anies Punya Utang Jasa saat Pilgub DKI Jakarta, Tapi Bukan pada Prabowo
Di tempat terpisah Iqbal Irsyad, Ketua Satgas Anti Hoax PWI Pusat, menegaskan bahwa seminar semacam ini merupakan bagian dari program satgas untuk tindakan preemptif dan preventif kepada masyarakat, selain tindakan korektif melalui pemantauan dan klarifikasi informasi.
Dengan fokus pada literasi digital, Satgas Anti Hoax PWI berupaya menjadikan masyarakat lebih tangguh terhadap ancaman hoax dalam era informasi digital.
“Selain melakukan tindakan korektif melalui pemantauan dan klarifikasi informasi, kami juga akan menggelar rangkaian seminar sebagai bentuk tindakan preemptif dan preventif kepada masyarakat,” kata Iqbal, dalam keterangan di Jakarta, Ahad (17/12/2023).***
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: harianterbit.com
Artikel Terkait
Geger, Iptu Rudiana Akui Vina Cirebon dan Eky Tewas Kecelakaan?
Pelaku Penyerangan Rombongan Kiai NU yang Bikin Banser Babak Belur Diburu Polisi
Ojol yang Ngaku Dijebak Polisi untuk Antar Sabu Mendadak Klarifikasi dan Minta Maaf
Polisi Tangkap Mantan Audrey Davis, Pemeran Pria di Kasus Video Syur, Sakit Hati Diputusin