"Republik Iran juga mengejar salah satu program rudal terbesar di Timur Tengah,” kata laporan itu dilansir dari Al Arabiya, Kamis (9/6/2022).
Dokumen setebal 368 halaman yang diproduksi oleh Kantor Federal untuk Perlindungan Konstitusi (BfV) merinci kegiatan Iran selama tahun 2021 seperti dilaporkan oleh Fox News Digital. Laporan itu tidak merinci detil pasti dari kegiatan itu. Namun, laporan mengutip Iran 59 kali yang menunjukkan bahwa ada "kecurigaan kemungkinan pelanggaran" dari kesepakatan nuklir Iran.
“Badan-badan intelijen domestik Jerman dapat mengidentifikasi peningkatan yang signifikan dalam indikasi upaya pengadaan terkait proliferasi oleh Iran untuk program nuklirnya,” kata laporan itu.
Menurut dokumen itu, jika ada kecurigaan kemungkinan pelanggaran JCPOA (Rencana Aksi Komprehensif Gabungan, kesepakatan nuklir Iran 2015), BfV menyampaikan informasi yang relevan kepada otoritas yang bertanggung jawab,"tambah laporan itu.
Seorang warga negara Jerman asal Iran di Norderstedt, dekat Hamburg, sedang diselidiki atas kecurigaan telah melanggar Undang-Undang Perdagangan Luar Negeri dalam tiga kasus komersial, kata laporan itu.
“Dia dikatakan telah terlibat dalam pengadaan peralatan laboratorium dan spektrometer untuk program nuklir dan rudal Iran,"ujar laporan itu lagi.
Proliferasi kegiatan kekuatan asing juga mencakup pengadaan pengetahuan dan produk untuk pengembangan dan produksi senjata pemusnah massal dan teknologi pengiriman, tambah laporan itu.
“Iran dituduh memasok teknologi roket dan drone ke pemberontak Houthi di Yaman, antara lain, yang pada gilirannya menggunakannya untuk melawan Uni Emirat Arab dan sekutunya,” katanya.
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
Rumah Mewah Bekas Adele Tak Laku Gara-gara Rumor Angker
Selena Gomez Menangis Ditengah Isu Deportasi Massal Warga Meksiko
Miris! Kerumunan Festifal Religi di India, Desak-desakan Berujung 15 Orang Kehilangan Nyawa
Pelapor PBB: Amerika Danai Genosida yang Dilakukan Israel di Jalur Gaza!