Sebelum itu, India sudah jadi pusat kontroversi di mana beberapa negara bagian melarang para siswi muslim memakai kerudung. Tak lama setelahnya, isu berbau agama kembali pecah di mana jaringan seniman sayap kanan Hindu menyandungkan lagu berisi kampanye kebencian kepada muslim yang jadi minoritas.
Komentar politisi dari partai nasional Hindu itu pun makin menjadi bukti meningkatnya Islamofobia di India. Kritikus menganggap pernyataan kontroversial keduanya mencerminkan polarisasi agama yang makin mendalam di negara itu.
Masalah terbaru ini juga secara tak langsung mengingatkan publik dengan berbagai kasus kekerasan agama di India, yang umumnya melibatkan Hindu dan Muslim. Banyak sejarawan berpendapat bahwa kekerasan agama di India merdeka adalah warisan dari kebijakan memecah belah dari otoritas kolonial Inggris.
Lalu apa saja kasus paling mematikan yang terjadi?
Dilansir dari berbagai sumber, AKURAT.CO pada Rabu (8/6/2022) menghimpun 5 kekerasan berbau agama paling mematikan di India.
Salah satu kekerasan komunal mematikan antara Hindu-Muslim meletus pada tahun 1969, di mana warga yang meregang nyawa mencapai 600 orang lebih. Konflik berdarah itu terjadi selama September–Oktober tahun itu, di negara bagian Gujarat.
Peristiwa itu merupakan kerusuhan besar pertama di Gujarat yang melibatkan pembantaian, pembakaran, dan penjarahan dalam skala besar. Itu juga menjadi kekerasan Hindu-Muslim paling mematikan sejak pemisahan India pada 1947, dan tetap demikian hingga kekerasan Bhagalpur 1989.
Menurut angka resmi dari pemerintahan, 660 orang tewas, 1.074 orang terluka, dan lebih dari 48 ribu kehilangan harta benda mereka. Laporan tidak resmi, sementara itu, mengklaim hingga 2ribu kematian.
Dilaporkan komunitas Muslim menderita sebagian besar kerugian dari bentrokan tersebut. Dari 512 kematian yang dilaporkan dalam pengaduan polisi, 430 adalah Muslim. Properti senilai 42 juta rupee (Rp7,8 miliar) hancur selama kerusuhan, dengan Muslim kehilangan properti senilai 32 juta rupee.
Ciri khas dari kekerasan tersebut adalah serangan terhadap rumah petak Muslim oleh tetangga mereka yang beragama Hindu Dalit yang telah memelihara hubungan damai dengan mereka sampai saat ini.
Berbagai penulis telah menelusuri penyebab kerusuhan dengan campuran faktor sosial ekonomi dan politik. Kekerasan dimulai pada tanggal 18 September 1969 setelah Muslim menyerang beberapa sadu atau pertapa Hindu dan sebuah kuil.
Dikatakan serangan terjadi gara-gara kawanan sapi yang digembalakan oleh para sadu menyebabkan cedera pada warga muslim. Orang-orang Hindu kemudian menyerang Dargah Muslim, dan pengunjuk rasa Muslim kembali menyerang kuil. Ini lantas menyebabkan pecahnya kekerasan massal.
33 tahun kemudian, kerusuhan serupa kembali menimpa Gujarat, dengan skala kekerasan yang bahkan lebih mematikan. Kerusuhan pada tahun itu juga menjadi salah satu contoh paling menonjol dalam sejarah kerusuhan di India.
Setahun sebelum konflik terjadi, Gujarat dilanda gempa bumi dahsyat dengan kekuatan magnitudo 7,7. Bencana ini memporak-porandakan 300 ribu lebih bangunan, menewaskan 13.805-20.023 orang, termasuk 18 di Pakistan tenggara. Akibatnya, kerusuhan yang terjadi pada tahun 2002 jelas membuat pontang-panting India, yang sedang berusaha memulihkan diri.
Semua ketegangan komunal itu berawal ketika Sabarmati Express diserang massa hingga akhirnya dibakar di Godhra yang didominasi warga Muslim. Saat itu, kereta membawa ribuan Karsevaks atau peziarah Hindu, yang baru saja kembali dari Ayodhya, Uttar Pradesh. Dalam insiden yang terjadi pada 27 Februari itu, 59 peziarah akhirnya meninggal setelah terjebak dalam gerbong yang tebakar.
Yang terjadi kemudian adalah kegemparan besar dengan tuduhan kekerasan komunal. Inilah yang lantas memicu periode pembunuhan massal selama tiga hari. Korban tewas mencapai lebih dari seribu orang, termasuk perempuan, dan anak-anak dibantai hingga tewas.
Menurut angka resmi, kerusuhan berakhir dengan 1.044 tewas, 223 hilang, dan 2.500 terluka. Dari korban tewas, 790 adalah Muslim dan 254 Hindu.
Juga diyakini bahwa hampir 200 orang hilang dari negara bagian setelah itu. Laporan pembunuhan brutal, penjarahan hingga pemerkosaan juga bermunculan.
Peristiwa kelam pada tahun itu juga akhirnya menjadi noda yang terus menghantui PM Modi lantaran pada saat kerusuhan, ia menjabat sebagai Ketua Menteri Gujarat.
Juga oleh hanyak pengamat, kerusuhan di Gujarat 2002 lebih digambarkan sebagai pogrom alih-alih kerusuhan komunal.
Komisi yang dibentuk oleh Pemerintah Gujarat untuk menyelidiki pembakaran kereta api, sementara itu, menghabiskan waktu hingga 6 tahun untuk menyelidiki perincian kasus. Kesimpulan kemudian menyebut bahwa kebakaran itu dilakukan oleh massa Muslim yang terdiri dari 1-2 ribu orang.
Kerusuhan Anti-Sikh tahun 1984 dimulai setelah Indira Gandhi, PM India saat itu dibunuh oleh pengawalnya yang beragam Sikh. Hal ini menyebabkan sejumlah besar kekacauan dan pertumpahan darah di Delhi serta bagian lain dari India, dengan sebagian besar kekerasan ditargetkan untuk kaum Sikh.
Pemerintah memberi perkiraan angka tewas hingga 3.350 di seluruh negeri. Sekitar 2.800 di antaranya dan bergama Sikh terbunuh di Delhi. Namun, sumber-sumber independen merilis jumlah kematian yang jauh lebih besar, mencapai hingga kisaran 8-17 ribu orang.
Sementara itu, sebanyak 2 ribu orang dilaporkan meninggal kota Delhi, yang lingkungan Sikh-nya paling terkena dampak.
Pembunuhan Indira Gandhi sendiri terjadi tak lama setelah ia memerintahkan Operasi Bintang Biru. Ini adalah aksi militer untuk mengamankan kompleks kuil Harmandir Sahib Sikh di Amritsar, Punjab, pada Juni 1984.
Operasi itu mengakibatkan pertempuran mematikan dengan kelompok Sikh bersenjata yang menuntut hak dan otonomi yang lebih besar untuk Punjab.
Sikh di seluruh dunia telah mengkritik tindakan tentara dan banyak yang melihatnya sebagai serangan terhadap agama dan identitas mereka.
Sejak kejadian itu pula, beberapa organisasi hak asasi manusia (HAM) meminta pemerintah menindak tegas para pelaku kerusuhan. Sementara sejumlah pelaku telah dijatuhi hukuman, masih ada beberapa orang yang belum diadili oleh sistem peradilan India.
Organisasi HAM dan surat kabar di seluruh India percaya bahwa pembantaian pemeluk Sikh pada tahun itu merupakan adalah pogrom dan telah terorganisir.
Dikenal juga sebagai Hari Aksi Langsung, Pembunuhan Calcutta 1946 merupakan hari kerusuhan komunal nasional. Peristiwa ini memicu kekerasan dalam skala teramat besar antara Muslim dan Hindu di kota Calcutta (sekarang dikenal sebagai Kolkata) di provinsi Bengal di British India.
Terjadi setahun sebelum kemerdekaan, peristiwa itu dianggap sebagai salah satu kerusuhan paling menghancurkan yang pernah terjadi di India. Jumlah pasti warga yang kehilangan nyawa tidak diketahui secara pasti.
Pemerintah merilis angka kematian sebanyak 4 ribu lebih. Sementara sumber-sumber independen memperkirakan angka yang jauh lebih massif, yakni mencapai 5-10 ribu nyawa, dengan 15 ribu lainnya adalah korban luka.
Gambar-gambar mencekam menjadi saksi dari kerusuhan ini, dengan jasad-jasad berceceran di jalanan dan jadi incaran burung bangkai.
Ini juga alasan mengapa konflik itu disebut sebagai Pembunuhan Besar di Kalkuta. Seluruh episode berlanjut selama empat hari dan banyak orang di kota kehilangan rumah mereka saat itu.
Sebuah sejarah mencatat bahwa kerusuhan terjadi ketika Muhammad Ali Jinnah, pemimpin Liga Muslim Seluruh India meminta umat Islam di seluruh negeri untuk berpartisipasi dalam Hari Aksi Langsung.
Dalam seruan itu, yang dideklarasikan pada Agustus 1946, Jinnah ingin tanah air terpisah bagi Muslim India dari provinsi barat laut dan timur tertentu di India. Namun, dengan latar belakang ketegangan komunal yang sudah tinggi, protes akhirnya memicu kerusuhan besar-besaran di Kalkuta.
Hanya dalam waktu 72 jam, ribuan nyawa melayang, dengan 100 ribu penduduk kehilangan tempat tinggal.'Diketahui, pada tahun 1940-an, Liga Muslim Seluruh India dan Kongres Nasional India adalah dua partai politik terbesar di Majelis Konstituante India.
Sebelumnya, Liga Muslim juga telah menuntut, sejak Resolusi Lahore 1940, bahwa wilayah mayoritas Muslim di India di barat laut dan timur, harus dibentuk sebagai 'negara-negara merdeka.
Gambar-gambar mengerikan dari peristiwa ini mungkin tidak akan pernah bisa dihapus dari sejarah kelam India. Kerusuhan Bombay 1992-93 dimulai pada Desember 1992 dan berlanjut hingga Januari 1993.
Katalisator utama adalah eskalasi permusuhan setelah protes besar-besaran oleh umat Islam sebagai reaksi terhadap Pembongkaran Masjid Babri tahun 1992 oleh Hindu Karsevaks di Ayodhya.
Ada kegemparan yang signifikan setelah insiden itu dan segera menyebabkan bentrokan sporadis antara umat Hindu dan Muslim.
Salah satu fase kerusuhan lain termasuk serangan balik umat Hindu sebagai akibat dari pembunuhan seorang pekerja Hindu oleh muslim di Dongri (daerah Bombay Selatan); penusukan umat Hindu di daerah mayoritas Muslim dan pembakaran enam orang Hindu, termasuk seorang gadis penyandang disablitias di Radhabai Chawl.
Selain Bombay, beberapa kota lain juga terkena dampak kerusuhan dengan hampir 900-seribu orang tewas dari kedua sisi dan ratusan orang kehilangan tempat tinggal.
Dalam salah satu insiden mengerikan, warga Muslim dilaporkan diseret di sebuah ruangan di daerah Goregaon untuk dibunuh secara massal. Di sebuah ruangan, mereka dibakar hidup-hidup hingga tewas.
Kerusuhan tersebut diikuti oleh Pengeboman Bombay 12 Maret 1993, dimana pembom teroris melakukan terornya di Bombay. Serangan satu hari itu setidaknya mengakibatkan 257 kematian dan 1.400 luka-luka.
Dilaporkan teror dikoordinasikan oleh Dawood Ibrahim, pemimpin sindikat kejahatan terorganisir internasional yang berbasis di Mumbai, D-Company.
Peristiwa di atas hanyalah secuil dari kerusuhan mematikan yang pernah melanda India. Semoga hal itu tidak terjadi di tanah air ya, dan India bisa menekan ketegangan komunalnya.
Sumber: akurat.co
Artikel Terkait
Pesawat Penumpang Tabrakan dengan Helikopter, Jatuh di Sungai Potomac Washington
Pembakar AL-QUR'AN, Salwan Momika Tewas Ditembak
Rumah Mewah Bekas Adele Tak Laku Gara-gara Rumor Angker
Selena Gomez Menangis Ditengah Isu Deportasi Massal Warga Meksiko