CHAOS! Sidang Parlemen Ricuh, Oposisi Lempar Granat Asap-Anggota Kena Stroke

- Rabu, 05 Maret 2025 | 16:20 WIB
CHAOS! Sidang Parlemen Ricuh, Oposisi Lempar Granat Asap-Anggota Kena Stroke




POLHUKAM.ID - Parlemen Serbia berubah menjadi arena kekacauan pada Selasa (4/3/2025) ketika anggota oposisi melemparkan granat asap dan menyemprotkan gas merica dalam aksi protes terhadap pemerintah serta sebagai bentuk solidaritas terhadap mahasiswa yang tengah berdemonstrasi. 


Insiden ini mengakibatkan seorang anggota parlemen mengalami stroke di tengah kekacauan.


Aksi protes ini terjadi setelah empat bulan demonstrasi yang dipimpin oleh mahasiswa, dipicu oleh tragedi runtuhnya atap stasiun kereta api yang menewaskan 15 orang pada November lalu di kota Novi Sad.


Demonstrasi ini telah menarik perhatian berbagai kelompok, termasuk guru dan petani, yang semakin menekan pemerintahan Presiden Aleksandar Vucic yang telah berkuasa selama satu dekade. 


Para demonstran mengecam korupsi yang merajalela serta ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola negara.


Saat sesi parlemen dimulai, koalisi yang berkuasa, dipimpin oleh Partai Progresif Serbia (SNS), menyetujui agenda sidang. 


Namun, beberapa politisi oposisi segera bergegas menuju meja pimpinan sidang dan terlibat bentrokan dengan petugas keamanan.


Dalam kekacauan tersebut, anggota parlemen oposisi melemparkan granat asap dan menyemprotkan gas merica. 


Siaran langsung televisi menunjukkan asap hitam dan merah muda memenuhi ruang parlemen, yang selama beberapa dekade terakhir kerap menjadi saksi berbagai bentrokan sejak Serbia beralih ke sistem multipartai pada 1990.


Presiden Vucic mengecam aksi tersebut sebagai "tindakan hooliganisme" dan berjanji bahwa semua anggota parlemen yang terlibat akan dimintai pertanggungjawaban.


"Kami tidak akan membiarkan perilaku seperti ini merusak stabilitas negara," ujar Vucic, dilansir Reuters.


Menurut hukum Serbia, anggota parlemen memiliki kekebalan hukum dari penuntutan, kecuali jika mereka terbukti melakukan kejahatan serius.


Anggota Parlemen Alami Stroke


Ketua parlemen Ana Brnabic melaporkan bahwa tiga anggota parlemen mengalami cedera akibat insiden tersebut. 


Salah satu anggota dari Partai SNS, Jasmina Obradovic, mengalami stroke dan harus dilarikan ke rumah sakit.


Menteri Kesehatan Serbia, Zlatibor Loncar, menyatakan bahwa kondisi Obradovic cukup serius.


Setelah bentrokan, sesi sidang tetap berlanjut meski dalam suasana ricuh. Politisi dari koalisi yang berkuasa tetap melanjutkan pembahasan, sementara anggota oposisi membunyikan peluit dan klakson sebagai bentuk protes.


Mereka juga mengangkat spanduk bertuliskan "mogok umum" dan "keadilan bagi korban," merujuk pada korban tewas akibat runtuhnya atap stasiun Novi Sad.


Protes Meluas


Di luar gedung parlemen, ratusan demonstran berdiri dalam keheningan untuk mengenang para korban tragedi Novi Sad. 


Para pemimpin protes menyerukan aksi besar-besaran di ibu kota, Beograd, pada 15 Maret mendatang.


Sementara itu, koalisi yang berkuasa menuding bahwa aksi demonstrasi ini didukung oleh badan intelijen Barat dengan tujuan untuk menggulingkan pemerintahan Serbia.


"Mereka mencoba menciptakan ketidakstabilan di negara ini," tuduh salah satu pejabat pemerintah.


Radomir Lazovic, pemimpin oposisi dari Front Hijau-Kiri, dalam orasinya di depan parlemen, mengusulkan pembentukan pemerintahan transisi.


"Kami memiliki usulan untuk membentuk pemerintahan transisi yang akan menjamin pemilu yang bebas dan adil," ujarnya.


Namun, Presiden Vucic dan sekutunya hingga kini menolak tuntutan tersebut.


"Ini adalah upaya gagal dari oposisi untuk menunjukkan bahwa mereka mengendalikan situasi," kata Radivoje Grujic, seorang analis politik yang berbasis di Warsawa, kepada Reuters.


Dengan situasi yang makin panas, sidang parlemen akhirnya ditunda dan dijadwalkan untuk dilanjutkan kembali pada Rabu (5/3/2025).


Sumber: CNBC

Komentar