Kemarin Ngadu ke Ayahnya yang Mantan Presiden, Wapres Filipina Kini Mohon MA Batalkan Pemakzulannya

- Rabu, 19 Februari 2025 | 08:20 WIB
Kemarin Ngadu ke Ayahnya yang Mantan Presiden, Wapres Filipina Kini Mohon MA Batalkan Pemakzulannya


POLHUKAM.ID - Wakil Presiden Filipina Sara Duterte meminta Mahkamah Agung untuk membatalkan pemakzulannya. Duterte juga mengancam akan memblokir persidangan Senat yang dapat melengserkannya dari jabatan. 

Melalui pengacaranya, Israelito Torreon, Duterte meminta pengadilan tinggi yang beranggotakan 15 orang untuk membatalkan pemakzulannya. Ia juga memblokir persidangan karena dinilai cacat secara prosedural, lemah secara konstitusional, dan batal secara yurisdiksional.  

Menurut Torreon, pengaduan tersebut dikirim ke Senat terlalu cepat sehingga beberapa anggota DPR tidak dapat mempelajarinya.

"Ini adalah bagian dari rencana untuk menyingkirkannya sebagai calon potensial dalam pemilihan presiden 2028," kata Torreon, dikutip AFP, Selasa (19/2/2025).

Torreon juga menekankan pengajuan itu tidak dapat digambarkan sebagai apa pun selain penganiayaan politik.

Dewan Perwakilan Rakyat Filipina, yang didominasi oleh sekutu Presiden Ferdinand Marcos Jr, memakzulkan Duterte pada tanggal 5 Februari atas tuduhan yang mencakup rencana pembunuhan presiden dan korupsi skala besar.

Senat diperkirakan akan berubah menjadi pengadilan pemakzulan untuk mengadili Duterte setelah Kongres kembali bersidang pada tanggal 2 Juni. Nantinya dalam putusan bersalah dalam persidangan Senat akan melarangnya memegang jabatan publik.

Pengaduan pemakzulan difokuskan pada pernyataan Duterte pada konferensi pers daring 23 November bahwa ia akan membunuh presiden, istrinya, dan sepupunya, Ketua DPR Martin Romualdez, jika ia sendiri terbunuh dalam perseteruan politik mereka yang meningkat. Ia membantah bahwa ucapannya itu bermaksud mengancam akan membunuh mereka.

Selain itu, ia juga dituduh menyalahgunakan dana intelijen sebagai wakil presiden dan sekretaris pendidikan sebelum ia mengundurkan diri dari jabatan itu karena aliansinya dengan presiden runtuh tahun lalu.

Diketahui Duterte, putri mantan Presiden Rodrigo Duterte, mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden Marcos pada tahun 2022, tetapi aliansi mereka dengan cepat renggang.

Saat berkampanye untuk kandidat senator dalam pemilihan paruh waktu pada 12 Mei, Marcos secara terbuka mengecam tindakan keras antinarkoba berdarah. Marcos juga menyinggung kegagalan pendahulunya untuk mengecam tindakan permusuhan China terhadap pasukan Filipina di Laut Cina Selatan yang disengketakan tanpa menyebut nama Duterte.

Minggu lalu, Rodrigo Duterte mengatakan dalam rapat umum kampanye bahwa 15 senator harus dibunuh untuk membebaskan lebih banyak lowongan bagi sekutunya dalam pemilihan paruh waktu. Polisi mengajukan pengaduan pidana terhadap mantan presiden tersebut pada hari Senin atas pernyataan tersebut.

Sumber: era

Komentar