Sisa Bekas Pertempuran Menganga, Gara-gara Rusia Kondisi Kota di Ukraina Berubah Jadi Horor

- Kamis, 02 Juni 2022 | 14:40 WIB
Sisa Bekas Pertempuran Menganga, Gara-gara Rusia Kondisi Kota di Ukraina Berubah Jadi Horor
Polhukam.id, Kiev, Ukraina - Orang-orang perlahan-lahan mulai kembali ke jalanan di Kota Mariupol, Ukraina selatan. Sejak diinvasi Rusia pada Februari, kota pelabuhan itu terkepung oleh pertempuran. Tembakan artileri Rusia sebelumnya tak pernah berhenti, memborbardir berbagai bangunan di kota itu selama berminggu-minggu. 

Sekarang, dengan mundurnya pasukan Ukraina, kota itu sepenuhnya telah di bawah kendali Rusia.

Baca Juga: Padahal Skenario Terburuk Rusia Sudah Matang, Amerika Justru Masih Bermain Api di Ukraina

Pada hari Senin (30/5/2022), kehidupan di Mariupol mulai menggeliat, dengan sisa-sisa bekas pertempuran masih menganga. Penduduk setempat terlihat memadati di pasar-pasar dadakan di jalanan, mengisi perangkat listrik dari generator hingga bertukar makanan dan pakaian.

Sementara itu, di stasiun bus yang kosong, berdiri televisi pemerintah Rusia, mengeluarkan suara dari layar raksasa yang dibawa oleh para pejabat.

Dilaporkan SCMP, truk-truk propaganda Rusia telah dikerahkan di Mariupol, dengan semua kendaraan memiliki layar televisi besar di kedua sisi. Televisi ini memutar berita negara Rusia dan acara obrolan politik untuk mendukung invasi Rusia atas Ukraina.

Lyuba mengenakan kacamata hitam dan topi untuk melindunginya dari sinar matahari. Ia sedang mengisi daya ponselnya. Warga Mariupol ini telah memutuskan untuk tidak meninggalkan kota, meskipun flatnya telah rusak.

"Tidak ada listrik, tidak ada air, tentu saja, semuanya sangat sulit," ujarnya.

Seorang pria bernama Nikolai mengatakan bahwa dia juga datang untuk mengisi daya teleponnya. Tidak ada listrik yang tersedia di stasiun kereta api tempat dia tinggal sekarang. Baik Lyuba dan Nikolai, keduanya enggan memberi nama keluarga.

Beberapa warga lain, sementara itu, terlihat mengumpulkan barang-barang kebutuhan penting dalam kotak yang dihiasi dengan simbol pro-Rusia, 'Z'.

Yang lain mendirikan kios sendiri untuk menjual atau menukar produk harian, termasuk sayuran dan sepatu. Seorang wanita, yang tidak menyebutkan namanya, berkata bahwa hanya ada sedikit produk yang tersisa setelah penjarahan melanda kota.

Kremlin telah merebut kendali penuh atas Mariupol pada awal bulan ini. Kemenangan Rusia itu terjadi usai lebih dari 2.400 pejuang Ukraina yang telah mencoba bertahan akhirnya menyerah di pabrik baja Azovstal yang terkepung.

Nasib pasukan yang menyerah itu, yang sebagian besar dari batalyon Azov, belum diketahui. Namun seorang pejabat separatis pro-Moskow mengatakan mereka mungkin menghadapi hukuman mati.

"Pengadilan akan membuat keputusan tentang mereka.

"Untuk kejahatan seperti itu, kami memiliki bentuk hukuman tertinggi di DNR – hukuman mati.

"Semua tawanan perang berada di wilayah DNR," ucap Yuri Sirovatko, Menteri Kehakiman Republik Rakyat Donetsk (DNR) yang memproklamirkan diri sebaagi wilayah merdeka di Ukraina timur, seperti dikutip oleh kantor berita Rusia, RIA Novosti.

Kyiv mengatakan ingin melakukan barter tahanan dengan menukar para tentara. Sementara Moskow telah mengindikasikan bahwa para tentara Ukraina akan diadili terlebih dahulu.

Perebutan Mariupol oleh Moskow telah membantu Kremlin untuk mengamankan kendali penuh atas pantai Laut Azov. Keberhasilan mereka atas kota itu juga telah menciptakan jembatan darat yang menghubungkan daratan Rusia ke Krimea, yang dianeksasi dari Ukraina pada 2014.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menggambarkan Mariupol sebagai kota yang 'hancur total'. Namun, menurut Reuters, Moskow telah berjanji untuk membangun kota itu kembali.

Kondisi Mariupol Usai Dikuasai Rusia: Warga Barter Barang, Pejuang Ukraina Bakal Dihukum Mati - Foto 4Warga setempat berada di samping barang-barang yang ditumpuk di depan sebuah gedung apartemen selama konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina, Senin (30/5)-REUTERS/Alexander Ermochenko

Kedua belah pihak telah menuduh satu sama lain menargetkan daerah pemukiman. Kyiv dan Moskow pun akhirnya sama-sama melempar tanggung jawab atas kondisi blok-blok perumahan atau apartemen yang hangus dan sebagian besar sudah tidak bisa dihuni. Sementara diketahui, blok-blok yang hancur itu telah mengisi sebagian besar lanskap kota.

Tidak diketahui berapa banyak warga sipil yang tersisa di kota itu.

Rusia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebutnya 'operasi khusus' untuk mendemiliterisasi tetangga selatannya.

Sumber: akurat.co

Komentar