“China menghadapi tekanan serius, yang sering diberikan dengan tidak begitu serius. Mereka yang menekan tampaknya lupa bahwa mereka sedang berhadapan dengan salah satu kekuatan terbesar di dunia saat ini,” kata Zaitsev dalam pengarahan pers, Rabu (6/7), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Menurut dia, pendekatan semacam itu dengan jelas menggambarkan upaya Washington yang meningkat untuk menghancurkan hubungan strategis antara Moskow dan Beijing.
“Kami menyimpulkan bahwa interaksi antara negara kami (Rusia-Cina), yang telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, sedang diuji dengan sukses, dan taktik semacam itu pasti akan gagal,” ucapnya.
"Hubungan Rusia dengan negara ketiga, termasuk AS, tidak memiliki dampak penting pada kerja sama yang terus berkembang dengan China, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan inti serta rasa saling percaya yang mendalam," kata Zaitsev menambahkan.
Menurut Zaitsev, Rusia tidak hanya mempertahankan dialog politik penuh dengan China, tapi juga berupaya memperluasnya. Kedua negara pun mengoordinasikan kegiatan secara efektif di panggung internasional dan mempertimbangkan berbagai bentuk kerja sama yang memungkinkan untuk beradaptasi dengan perubahan global.
Hingga saat ini, China belum melayangkan kecaman apa pun terkait keputusan Rusia menyerang Ukraina. Sejumlah negara, termasuk AS, telah mendesak Beijing untuk melakukan hal tersebut.
Kendati tak mengecam, China menyatakan siap membantu penyelesaian krisis antara Rusia dan Ukraina. Beijing pun memperingatkan bahwa sanksi tak akan bisa menyelesaikan masalah kedua negara tersebut.
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
Pesawat Penumpang Tabrakan dengan Helikopter, Jatuh di Sungai Potomac Washington
Pembakar AL-QUR'AN, Salwan Momika Tewas Ditembak
Rumah Mewah Bekas Adele Tak Laku Gara-gara Rumor Angker
Selena Gomez Menangis Ditengah Isu Deportasi Massal Warga Meksiko