“Agenda utama G20 adalah ketahanan pangan global,” kata Maria kepada Al Jazeera, dikutip Polhukam.id.
Dia mencatat bahwa KTT tersebut menampilkan mekanisme untuk memantau kemajuan dalam meningkatkan ketahanan pangan, termasuk Sistem Informasi Pasar Pertanian.
“Rumah tangga miskin, negara-negara berpenghasilan rendah dan negara-negara yang sudah mengalami krisis kemanusiaan, seperti Yaman, Suriah dan Libya, paling terpukul oleh gangguan perdagangan dan kenaikan harga pangan karena perang di Ukraina," ujarnya.
Indonesia sendiri telah sangat terpengaruh oleh masalah ketahanan pangan, dengan Jokowi awal tahun ini menerapkan larangan sementara ekspor minyak sawit sebagai tanggapan atas melonjaknya harga domestik dan kendala pasokan.
Petani kelapa sawit lokal juga telah melaporkan masalah dalam mendapatkan pupuk kimia yang dibutuhkan untuk menanam tanaman mereka, yang sebagian besar bahannya diimpor dari Rusia, pemasok pupuk kimia terbesar di dunia bersama dengan negara tetangga Belarusia.
Secara terpisah, Zamroni Salim, Kepala Pusat Penelitian Makroekonomi dan Keuangan (BRIN) di Jakarta, mengatakan perjalanan Jokowi harus dilihat dari kacamata yang realistis.
“Kunjungan Presiden Indonesia tidak serta merta menghentikan perang, tetapi setidaknya dapat mencegah perang yang lebih agresif,” kata Salim kepada Al Jazeera.
Yang perlu disorot, katanya, adalah sisi ekonomi sebagai hasil dari perang antara Ukraina dan Rusia.
“Ketika konflik tidak meningkat dan jumlah pihak yang bertikai tidak bertambah, maka dampak terhadap perekonomian, khususnya dari guncangan harga dan pasokan pangan dan energi di pasar dunia, juga dapat ditekan. Sehingga ‘misi perdamaian’ yang dilakukan Jokowi secara tidak langsung dapat memberikan manfaat bagi perekonomian global," pungkas Zamroni.
Sumber: surakarta.suara.com
Artikel Terkait
Pesawat Penumpang Tabrakan dengan Helikopter, Jatuh di Sungai Potomac Washington
Pembakar AL-QUR'AN, Salwan Momika Tewas Ditembak
Rumah Mewah Bekas Adele Tak Laku Gara-gara Rumor Angker
Selena Gomez Menangis Ditengah Isu Deportasi Massal Warga Meksiko