Pernyataan itu disampaikan menanggapi penembakan massal yang terjadi di Buffalo, New York, Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (14/5/2022).
Serangan tersebut diduga memiliki motif rasial dengan pelaku seorang remaja kulit putih bernama Payton Gendron (18 tahun). Akibat serangan itu setidaknya 10 orang tewas yang sebagian besar korban warga kulit hitam.
“Negeri yang dikenal sebagai kampiun demokrasi malah hidup dengan ancaman rasialisme yang semakin tumbuh,” kata Baharun kepada Republika.co.id, Senin (16/5/2022).
Dia mengatakan faktor di balik serangan ini adalah media sosial (medsos). Medsos menjadi sarana pemicu kebensian dan rasialisme.
“Hidup bergaya modern liberal bukan menjadi jaminan membawa harmoni dan kerukunan. Malahan ini menjadi lebih parah dari era Jahiliyah,” ujarnya.
Untuk mencegah serangan serupa terjadi di Indonesia, menurut Baharun yakni dengan merekatkan masyarakat dari keterbelahan dan perseteruan politik yang terjadi terus-menerus. Masalah tersebut, kata dia, harus segera diatasi dengan dialog kerukunan dan jaminan keadilan sosial.
“Harus ada dialog kerukunan dan jaminan keadilan sosial untuk menyudahi krisis perpecahan warga negara dari ancaman rasialisme Islamofobia dan ujaran kebencian lainnya,” ucapnya.
Selain itu, Baharun meminta agar pemerintah ikut turun tangan untuk melindungi generasi muda di tengah medsos yang kian berkembang pesat. Misal, dengan menerbitkan para buzzer.
“Negara harus turun tangan menertibkan para buzzer yang sekarang ini sangat intensif merusak mindset milineal. Dan satu lagi yang penting adalah pendidikan agama dan akhlak,” tambahnya.
Sumber: republika.co.id
Artikel Terkait
AS Kritik Bea Cukai RI, Sistem Dinilai Tidak Transparan dan Rawan Korupsi
Tentara Israel Serang Jemaat Kristen Palestina di Yerusalem Saat Sabtu Suci
Fatima Hassouna, Fotografer Kesayangan Warga Gaza Syahid Dibom Israel
Serangan Udara AS Tewaskan 80 Orang di Yaman, 150 Orang Terluka