Hal itu ditandai dengan pertemuan Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Jake Sullivan dengan diplomat senior China, Yang Jienchi di Luxembourg, Senin (13/6/2022) siang waktu setempat.
Keduanya melakukan perbincangan selama empat setengah jam. Namun pertemuan keduanya tidak dipublikasikan ke media hingga acara itu berakhir.
Dilansir CNN kemarin, Gedung Putih mengatakan, pertemuan keduanya berjalan substantif dan produktif. Sullivan dan Yang membahas agenda pertemuan Presiden AS Joe Biden dengan Presiden China Xi Jinping beberapa bulan mendatang.
Pertemuan Sullivan dengan Yang diawali dengan pembicaraan telepon Biden dan Xi, Maret lalu. Keduanya belum bertemu langsung sejak Biden menjabat. Mereka berbicara pada Maret selama 110 menit ketika Biden berusaha mencegah Xi memberikan dukungan kepada Rusia dalam serangan ke Ukraina.
Kontak antara Biden dan Xi juga berlangsung menjelang tur Biden ke Asia. Selain itu, Gedung Putih mengadakan sejumlah pertemuan selama beberapa pekan terakhir, untuk menunjukkan komitmennya terhadap Asia-Pasifik. Termasuk menjamu para pemimpin Asia Tenggara di Gedung Putih.
Langkah-langkah AS tersebut dipandang sebagai upaya untuk melawan pengaruh China di kawasan itu, yang menjadi pendorong utama fokus Biden di Asia.
“Bapak Sullivan menggarisbawahi pentingnya menjaga jalur komunikasi terbuka untuk mengelola persaingan antara kedua negara,” kata pernyataan resmi Gedung Putih dalam jumpa pers mengenai pertemuan tersebut.
“Ini penting untuk menghindari potensi miskomunikasi, salah tafsir, dan mengurangi risiko,” lanjut pernyataan itu.
Hubungan AS dan China kini sedang tegang. Ketidaksepakatan soal praktik Hak Asasi Manusia (HAM), isu Taiwan, perdagangan hingga manuver militer China di kawasan Asia Pasifik selalu menjadi awal perselisihan dua negara besar ini.
Hubungan Paman Sam dengan Negeri Panda itu pun makin diperburuk dengan pernyataan Biden yang bulan lalu menegaskan, AS tidak akan segan turun tangan membantu Taiwan, jika China tidak berhenti pamer kekuatan militer di dekat Taiwan.
Di awal masa pemerintahannya, Biden sempat mempertimbangkan untuk menghapus sejumlah tarif tambahan untuk China, yang diterapkan Donald Trump. Namun, rencana ini terus mundur akibat banyak hal.
Secara terpisah, Yang mengatakan, Beijing selalu terbuka untuk melakukan dialog dengan Washington.
“Selama pembicaraan tetap dalam lingkup menghormati kedaulatan lawan bicara, kami tidak pernah menutup pintu dialog,” ujar Yang dikutip Xinhua.
Biden juga berulang kali berbicara kepada Xi via telepon, bahwa AS tidak berupaya menjalankan model baru Perang Dingin atau mengubah sistem China, atau tidak mendukung upaya kemerdekaan Taiwan, ataupun bermaksud berkonflik dengan China.
Sumber: rm.id
Artikel Terkait
Pesawat Penumpang Tabrakan dengan Helikopter, Jatuh di Sungai Potomac Washington
Pembakar AL-QUR'AN, Salwan Momika Tewas Ditembak
Rumah Mewah Bekas Adele Tak Laku Gara-gara Rumor Angker
Selena Gomez Menangis Ditengah Isu Deportasi Massal Warga Meksiko